.jpeg)
Memiliki keterampilan membaca (literasi) merupakan kunci sukses di abad 21. Dibutuhkan strategi khusus, supaya anak dari tingkat SD, sudah memiliki keterampilan literasi. Focus Group Discussion (FGD) pendidikan merekomendasikan tiga strategi untuk mendongkrak keterampilan literasi SD di Kabupaten Tana Tidung (KTT). Ketiga strategi itu adalah pelatihan guru, peningkatan budaya baca, dan layanan khusus kepada siswa lamban belajar (slow learner).
Kegiatan FGD berlangsung di Aula Disdikbud KTT, Tideng Pale, Kamis (5/12). FGD ini diikuti seratusan peserta dari unsur pejabat Disdikbud KTT, kepala sekolah, pengawas dan guru. Hadir empat orang narasumber dari Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Kelompok Kerja (Pokja) Literasi Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), dan Disdikbud Bulungan untuk memberi masukan. FGD ini sendiri bertujuan menggali kunci keberhasilan program INOVASI dalam meningkatkan keterampilan membaca pada level SD di Kaltara. INOVASI merupakan program kemitraan pendidikan antara pemerintah Australia-Indonesia.
Kadisdikbud KTT, Jafar Sidik mengatakan keterampilan membaca merupakan kunci untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hanya dengan bisa membaca, anak mampu mempelajari semua mata pelajaran, menguasai keterampilan dan berprestasi. Keterampilan ini harus dikuasai anak, paling lambat saat kelas 3 SD. Guna memastikan anak memiliki keterampilan membaca, perlu sebuah program literasi yang terencana dan terukur. Ia berharap pengalaman dan praktik baik INOVASI yang sudah teruji di Bulungan dan Malinau, juga bisa diimplementasikan di KTT.
Berhasil
Manajer Provinsi INOVASI Kaltara, Handoko Widagdo mengatakan, kombinasi tiga strategi yang diujicobakan di Bulungan dan Malinau berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa SD. Ketiga strategi itu meliputi pelatihan guru, peningkatan budaya baca, dan layanan khusus kepada siswa yang lamban belajar (slow learner). Kombinasi tiga strategi ini sangat efektif, efesien dan berbiaya murah.
Handoko selanjutnya mengatakan guru harus dibantu mengubah cara mengajar. Jika selama ini guru mengajar monoton dan banyak menghabiskan waktu dengan berceramah, maka cara itu harus ditinggalkan. Penggunaan media-media belajar sederhana dan model-model belajar yang menyenangkan bisa menjadi solusinya. “Pelatihan berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG) bisa menjadi sarana yang efektif membantu guru,” tambah Master of Arts lulusan Amerika Serikat (AS) ini.
Selain itu penyediaan buku bacaan anak yang sesuai usia dan minat anak adalah kunci penting lainnya. Ketika anak didorong senang membaca, maka buku harus tersedia. Karena seiring bertumbuhnya minat membaca anak, kebutuhan terhadap buku baru juga terus bertambah. Terakhir Handoko mengatakan, anak-anak slow leaner perlu diidentifikasi dan dilayani secara khusus.” Hasil pengukuran akhir program INOVASI di Kaltara, menunjukkan anak-anak yang lamban belajar jika dilayanani secara khusus, maka kemampuan membacanya juga meningkat tajam,” tutup Handoko.
Hasil Pengukuran Akhir
Provincial Communication Officer INOVASI Kaltara, Erix Hutasoit, mempresentasikan hasil pengukuran akhir (endline) program rintisan kelas awal di Bulungan. Ia mengatakan hasil pengukuran akhir menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah anak yang lulus test literasi dasar di Bulungan, terus bertambah. Jika pada akhir 2017 hanya 57 persen siswa yang bisa lulus, maka di Agustus 2019 angka itu melonjak menjadi 94 persen. “Materi uji literasi dasar meliputi pengenalan huruf, pengenalan suku-kata, dan pengenalan kata,” terang Erix.
Lebih lanjut Erix mengatakan, dari segi kecepatan ketuntasan kompetensi literasi dasar, Bulungan berhasil memangkas waktu pencapaian. Jika pada tahun 2017, dibutuhkan dua tahun untuk meningkatkan jumlah anak yang terampil membaca, dari 17 persen di kelas 1 menjadi 84 persen di kelas 3. “Maka setelah kombinasi 3 strategi dijalankan, hanya butuh satu tahun saja, jumlah anak yang lulus literasi dasar sudah meningkat menjadi 87 persen,” tambah Erix.
Sedangkan pada tingkat kelancaran dan pemahaman membaca, skor rata-rata kelulusan meningkat dari 49.4 saat survai awal menjadi 62.7 pada survai akhir. Siswa yang diuji kelancaran dan pemahaman membacanya adalah siswa yang lulus test literasi dasar.
Kolaborasi Adalah Kunci
Kegiatan FGD Literasi Kelas Awal juga menghadirkan Dharmawati, Sekretaris Pokja Literasi Provinsi Kaltara, dan Warsiah, Kepala SDN 013 Buluh Perindu, Bulungan untuk berbagi pengalaman menjalankan program literasi. Kedua narasumber menyebut pentingnya kolaborasi dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, sehingga dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari orangtua, masyarakat dan pihak swasta.
Dharmawati mengatakan, salah satu tujuan Pokja Literasi dibentuk adalah untuk memfasilitasi kerjasama antara daerah, lembaga dan komunitas. Dengan bekerjasama, semua daerah yang ada di Kaltara bisa menjalankan program literasi lebih cepat dan berkualitas. “FGD hari ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi tersebut. Hari ini kita bisa belajar dari pengalaman INOVASI dalam meningkatkan keterampilan membaca di Kaltara,” tambah kepala SD berprestasi nasional ini.
Pasca FGD, Disidikbud KTT akan mengintensifkan kerjasama dengan INOVASI untuk mengimplementasikan ketiga strategi. Bimbingan teknis dari INOVASI, diharapkan memperkuat peran Disdikbud KTT dalam merancang dan mengimplementasikan program literasi. Sehingga lewat strategi ini mutu pendidikan dasar di tanah Upun Taka akan terus meningkat.